Environmental Sensitivity Index (ESI) digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh kejadian penyebab bahaya dalam suatu lingkungan. Kebanyakan ESI berfokus untuk mengukur tingkat kerentanan suatu lingkungan terhadap tumpahan minyak. Hingga saat ini ESI menyajikan suatu penilaian pendekatan untuk memperkirakan resiko tumpahan minyak, yang hasilnya dapat menggambarkan tingkat resiko setiap komponen lingkungan. Saat ini ESI telah banyak dijadikan perhitungan dasar dalam konsep secara geomorpologi. Akan tetapi standar internasional menetapkan bahwa ESI baik untuk dasar perhitungan pada kombinasi berbagai parameter, seperti parameter fisik, biologi dan antropologi dan sosial ekonomi.
Sebelum adanya kemajuan SIG beberapa bentuk pemetaan indeks lingkungan telah dihasilkan menggunakan suatu metode pembuatan peta secara konvensional. Dengan kehadiran SIG minat meneliti telah memiliki metode tepat dalam mengintegrasikan teknologi baru ini untuk pengolahan pemetaan ESI. Pemetaan ESI menjadi sebuah interpolasi perbedaan permukaan dari setiap komponen lingkungan yang disatukan dalam suatu indeks yang merepresentasikan tingkat kerentanan pada lokasi yang berbeda utamanya kejadian penyebab bahaya seperti tumpahan minyak (Oluseyi, F.O, 2002).
ESI adalah perbandingan dari tiga informasi penting dari lingkungan yaitu :
1. Pengklasifikasian Garis pantai, peringkat sesuai dengan skala yang berhubungan dengan kepekaan, kelarutan alami terhadap minyak, dan kemudahan pembersihan.
2. Aspek Biologi, termasuk sensitivitas hewan dan tumbuhan terhadap minyak, dan habitat.
3. Sumber daya manusia, tentunya tempat yang memiliki daya tarik dan nilai tambah yang digunakan seperti pantai (NOAA Technical Memorandum NOS OR&R 11).
Penggunaan ESI ini sudah banyak membantu dalam menyelamatkan kondisi lingkungan, umumnya lingkungan pantai di daerah pesisir. Namun, di Indonesia sendiri hal ini masih baru dan masih kurang yang ingin melakukan penelitian tentang hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar