1. Cebakan uranium yang akumulasinya terjadi bersamaan dengan pembentukan batuan, dan
2. Cebakan yang akumulasinya terjadi setelah pembentukan batuan induknya.
a. Cebakan Uranium Singenetik
Dikaitkan dengan tipe batuan induk, cebakan singentik dibedakan menjadi cebakan jenis konglomerat kuarsa, lempung hitam, lumpur, fosforit, bauksit, dan placer.
- Konglomerat Kuarsa
Uranium terdapat sebagai matrik pada konglomerat berupa mineral uranirit, branerit, dan thukolit bersama-sama dengan pirit dan kadang-kadang emas. Cebakan ini terbentuk pada Proterozoik sampai Prekambrium dengan kadar rata-rata uranium sekitar 0,10-0,15% U3O8.
- Lempung Hitam
Kandungan uranium dalam lempung hitam secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan sedimen lainnya. Lempung hitam merupakan sedimen laut yang mengandung sisa binatang renik (sapropilik) maupun material organik lainnya, serta mengandung pirit dan markasit.
Uranium diabsorbsi oleh material organik dan tidak membentuk mineral uranium. Kadar U rata-rata berkisar antara 0,001-0,05% U3O8. Umur cebakan dari Paleozoik kadang-kadang dijjumpai cebakan berumur Prekambrium, Mesozoik dan atau Kenozoik.
- Lumpur ("mud")
Cebakan tipe lumpur terbentuk karena adanya massa air yang bersifat anaerobik (laut tertutup) dan umumnya berumur muda (resen). Cadangan U umumnya relatif besar 10-20 juta ton U3O8 dengan rata-rata rendah rendah sekitar 25 ppm. Karena kadarnya rendah, sehingga menimbulkan masalah dalam ekplotasinya.
- Fosforit
Cebakan fosforit adlah cebakan U yang berasosiasi dengan mineral fosfat (fluoro-apatit) yang merupakan sedimen miogeosinklinal atau platfrom. Kadar uranium dalam fosforit sekitar 60-130 ppm U.
Cebakan fosforit yang utama ditemukan di Wyoming, Calorina Utara USA, Tunesia, Algeria, Sahara Barat dan Jordan dengan cadangan total 54.271.000 ton uranium (De Veto, Stevens, 1984).
- Bauksit
Beberapa buksit ternyata juga mengandung bahan radioaktif yang cukup tinggi rata-rata 42 ppm Th, 8 ppm U dan 0,1% potassium. Elemen radioaktif tersebut umumnya terdapat sebagai mineral resisten antara lain zirkon, monazit dan lainnya.
- Plaser
Cebakan uranium palser umumnya akumulasi mineral berat yang mengandung uranium antara lain monazit, zirkon, thorit, dan euksinit yang merupakan hasil rombakan batuan beku granitik alkali dan batuan metamorf. Cebakan palser umumnya terbentuk pada zaman Kapur Atas di USA, atau Holosen di China, Mesir, India, Korea dan lain-lain. Oleh karena sifat mineral sangat resisten dan ekstraksinya sukar, maka cebakan plaser ini kurang menarik.
b. Cebakan Uranium Epigenetik
Cebakan uranium epigenetik dibedakan dari cebakan tipe pertama karena cebakan ini pembentukannya berkaitan dengan larutan uranium dai batuan lainnya yang kemudian mengendap dalam batuan yang sudah ada dan terdiri dari :
1. Cebakan Tipe Batupasir
Cebakan ini umumnya ditemukan dalam batupasir, kadang-kadang konglomerat atau batupasir lanauan. Batupasir berupa batupasir kuarsa, felspatik-akosit serta tufaan yang berbutir medium-kasar, sortasi jelek dan berkondisi fluviatil atau lakustrin.
Umumnya batuan induk mineralisasi berwarna merah kecoklatan yang berangsur berubah menjadi abu-abu hijau disekitar cebakan. Material karbon merupakan agen pereduksi disamping gas H2S. Kondisi reduksi tersebut diperlukan untuk mengendapkan uranium bervalensi 6 dan dari larutan menjadi bervalensi 4 yang sukar larut. Khusus bila larutan mengandung vanadium maka uranium akan dapat terendapkan meskipun dalam kondisi oksida (R.G Young 1984).
Mineral uranium yang ditemukan adalah uranirit dan kofinit yang menggantikan material organik, melapisi butiran mineral atau mengisi ruang antar butir. Gejala oksidasi dari batuan termineralisasi akan menghasilkan mineral sekundernya antara lain tyuyamunit, karnotit, dan uranofan. Sebagian elemen asosiasi yang paling umum adalah Cu, V, Cr, Mo, dan Se dengan kadar U rata-rata sekitar 0,01-0,1% U3O8.
Berdasarkan hubungan dengan struktur pelapisan batuan, cebakan tipe batupasir dibedakan menjadi tipe penekonkordan, roll dan stack.
- Tipe Penekonkordan
Cebakan tipe penekonkordan dicirikan oleh bentuk sebarannya yang sejajar dengan pelapisan batuan, kemiringannya kecil, dan berbentuk tabular, lentikular, atau tidak teratur.
- Roll Front
Tipe cebakan ini memotong bidang pelapisan, potongan vertikalnya berbentuk huruf C atau S, terletak pada batas zona reduksi dan oksidasi. Bentuk konkaf menghadap zona alterasinya/oksidasinya.
- Stack
Cebakan ini dicirikan oleh bentuk yang mendekati vertikal. Uranium terakumulasi karena proses redistribusi cebakan tipe roll dan aatau penekonkordan pada zona sesar.
Cebakan ini dikontrol oleh tektonik dan berasosiasi dengan batupasir berwarna merah (hematit) yang mencirikan adanya pengaruh air tanah teroksidasi.
2. Kalkret
Cebakan hanya terbentuk di daerah kering misalnya Australia atau Afrika, berupa U dalam soil atau aluvial yang tersemen oleh kalsit, dolomit atau gipsum. Bila berasosiasi dengan kalsit disebut kalkret, dolomit disebut dolokret dan bila gipsum disebut gipskret.
3. Lignit dan Lempung Karbonan
Lignit dan lempung karbonan pada umumnya miskin uranium pada saat diendapkan, namun kemudian secara lokal menjadi diperkaya oleh proses yang mengikutinya sehingga menjadi cebakan uranium berkadar rendah.
4. Batugamping
Sesungguhnya batugamping tidak cukup baik untuk pengendapan uranium singenetik karena uranium dalam lingkungan karbonat dan atau bikarbonat sangat mudah larut, namun kenyataannya beberapa batuan karbonat mampu berfungsi sebagai batuan induk mineralisasi uranium epigenetik.
5. Fosfat Epigenetik
Umumnya cebakan fosfat sebagai cebakan singenetik, namun di Zaire cebakan Baukoma merupakan pengecualian. uranium terbentuk pada lempung fosfat yang terdapat dibawah rawa dangkal dengan kadar 3.000 ppm.
Sumber : Eksplorium No.98/XVI/94 (Soeprapto Tjokrokardono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar