Masyarakat Kwara di Nigeria mengenal lima macam cuaca yang sering terjadi di daerah mereka, yaitu :
1. Ojo (Hujan),
2. Ara (Badai Petir),
3. Iji (Badai Angin),
4. Darri atau Oye (Badai Pasir) dan
5. Oorun (Cerah).
2. Ara (Badai Petir),
3. Iji (Badai Angin),
4. Darri atau Oye (Badai Pasir) dan
5. Oorun (Cerah).
Ojo dengan menggunakan beberapa indikasi termasuk penutupan awan (warna dan arah), melihat beberapa tanaman dan binatang semisal semut, mencium bau lingkungan sekitar dan juga merasakan temperatur udara.
Ketika Kurukuru (awan) berkerumul kearah Gabasi atau apa iwo oorun (barat) inilah apa ajaro (awan yang menghasilkan hujan) di daerah Asa dan memiliki warna putih di bagian pinggirnya, hal ini memperlihatkan bahwa hujan akan terjadi selama satu jam.
Juga burung tertentu yang disebut Elulu (Breasted King Fisher putih) menjadi tanda dalam meramalkan hujan. Burung ini berkicau seperti :Omi-de-tu-tu-tu, yang berarti air akan segera datang menyembur". Sedangkan untuk bau lingkungan yaitu mereka mencium bau campuran Bensin dan Minyak Tanah.
Ara ini terjadi sebelum hujan, tetapi juga selalu terjadi selama hujan dengan intensitas tinggi berlangsung ketika Oka (gandum) berbunga. Pada waktu ini, tanaman gandum yang tanpa buah akan rusak oleh petir. Masyarakat mengatakan Ara ti mo oka atau Aramoka yang artinya "Pohon itu sedang berurusan dengan Petir".
Iji ini merupakan badai tornado wilayah tropis, yang bertiup ketika hujan akan turun. agin ini kencang dan mengangkat partikel debu, menghancurkan rumah, pohon dan kadang menyapu orang. badai seperti ini disebut Ase pale ojo. Angin ini selalu terjadi ketika langit berwarna gelap dan sebelum hujan turun.
Darri atau Oye ketika hujan berhenti untuk sesaat, dan Oka (gandum) mulai menghasilkan biji, hal berikutnya yang pasti terjadi adalah angin kering dengan ikuku (udara yang berdebu menghambat penglihatan).
Oorun ketika langit bersih cerah tanpa kegelapan dalam beberapa jam pada pagi hari, hal ini memperlihatkan bahwa akan cerah sepanjang hari sehingga menghasilkan Ooru (panas)
Demikianlah cara masyarakat Kwara meramalkan cuaca di sekitar daerahnya. Namun ada hal yang unik, yaitu mereka mampu untuk mengubah cuaca jika dirasa di perlukan, atau untuk mencari pelaku kejahatan.
Hujan salah satu metode yang digunakan di daerah ini yaitu Kewu (Ibadah dalam Islam) seperti membacakan surah Ad-Duha secara bersama dengan pimpinannya di dalam Mesjid dengan Al-Quran dan Tasbih. Setelah itu seekor unggas di Kurbankan dan tak lama kemudian hujan pun mulai turun. Untuk memberhentikan hujan ini, surah Yaasin dibacakan secara bersama pula dan juga dengan mengurbankan seekor unggas.
Petir petir digunakan untuk megklarifikasi isu kejahatan dan balas dendam. Dalam beberapa kasus, hal ini digunakan untuk menghancurkan secara langsung target yang di kehendaki dengan petir yang datang berbentuk kapak. Hal ini dinamakan Edun Sango (sebuah alat tempur). Untuk melakukan ini, membutuhkan beberapa kombinasi bahan herbal yang alami.
Inilah sebagian keunikan masyarakat pribumi untuk meramalkan cuaca dan mungkin juga mengubah cuaca tersebut jika dikehendaki.
Ketika Kurukuru (awan) berkerumul kearah Gabasi atau apa iwo oorun (barat) inilah apa ajaro (awan yang menghasilkan hujan) di daerah Asa dan memiliki warna putih di bagian pinggirnya, hal ini memperlihatkan bahwa hujan akan terjadi selama satu jam.
Juga burung tertentu yang disebut Elulu (Breasted King Fisher putih) menjadi tanda dalam meramalkan hujan. Burung ini berkicau seperti :Omi-de-tu-tu-tu, yang berarti air akan segera datang menyembur". Sedangkan untuk bau lingkungan yaitu mereka mencium bau campuran Bensin dan Minyak Tanah.
Ara ini terjadi sebelum hujan, tetapi juga selalu terjadi selama hujan dengan intensitas tinggi berlangsung ketika Oka (gandum) berbunga. Pada waktu ini, tanaman gandum yang tanpa buah akan rusak oleh petir. Masyarakat mengatakan Ara ti mo oka atau Aramoka yang artinya "Pohon itu sedang berurusan dengan Petir".
Iji ini merupakan badai tornado wilayah tropis, yang bertiup ketika hujan akan turun. agin ini kencang dan mengangkat partikel debu, menghancurkan rumah, pohon dan kadang menyapu orang. badai seperti ini disebut Ase pale ojo. Angin ini selalu terjadi ketika langit berwarna gelap dan sebelum hujan turun.
Darri atau Oye ketika hujan berhenti untuk sesaat, dan Oka (gandum) mulai menghasilkan biji, hal berikutnya yang pasti terjadi adalah angin kering dengan ikuku (udara yang berdebu menghambat penglihatan).
Oorun ketika langit bersih cerah tanpa kegelapan dalam beberapa jam pada pagi hari, hal ini memperlihatkan bahwa akan cerah sepanjang hari sehingga menghasilkan Ooru (panas)
Demikianlah cara masyarakat Kwara meramalkan cuaca di sekitar daerahnya. Namun ada hal yang unik, yaitu mereka mampu untuk mengubah cuaca jika dirasa di perlukan, atau untuk mencari pelaku kejahatan.
Hujan salah satu metode yang digunakan di daerah ini yaitu Kewu (Ibadah dalam Islam) seperti membacakan surah Ad-Duha secara bersama dengan pimpinannya di dalam Mesjid dengan Al-Quran dan Tasbih. Setelah itu seekor unggas di Kurbankan dan tak lama kemudian hujan pun mulai turun. Untuk memberhentikan hujan ini, surah Yaasin dibacakan secara bersama pula dan juga dengan mengurbankan seekor unggas.
Petir petir digunakan untuk megklarifikasi isu kejahatan dan balas dendam. Dalam beberapa kasus, hal ini digunakan untuk menghancurkan secara langsung target yang di kehendaki dengan petir yang datang berbentuk kapak. Hal ini dinamakan Edun Sango (sebuah alat tempur). Untuk melakukan ini, membutuhkan beberapa kombinasi bahan herbal yang alami.
Inilah sebagian keunikan masyarakat pribumi untuk meramalkan cuaca dan mungkin juga mengubah cuaca tersebut jika dikehendaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar